Bermula dari Ketidakyakinan


Bermula dari ketidakyakinan. Itulah salah satu alasan utama dokter umum satu ini mengikuti Training SEFT Total Solution Spesial Ramadhan di bulan Agustus.

Awalnya, pria kelahiran Surabaya, 24 September 1976 ini mengikuti SEFT secara tidak sengaja, yaitu berkat diadakannya Pelatihan SEFT untuk perawat dan dokter Puskesmas se-Surabaya yang dilaksanakan oleh Dinkes Surabaya beberapa bulan lalu di Gedung Sawunggaling selama sehari penuh.
“Saya benar-benar tidak yakin, bagaimana mungkin hanya dengan totok ringan, bisa efektif menyembuhkan sakit? Makanya, akhirnya, saya putuskan ikut saja training formalnya,” terangnya kepada Al Madinah di sela-sela acara.

Kemantapannya semakin kuat, tatkala sang istri—yang kebetulan pernah belajar akupuntur—menjelaskan bahwa titik SEFT juga merupakan titik akupuntur yang efektif dalam relaksasi.
“Yang bikin saya terdorong lagi, karena saya pengen lebih luas lagi mendalami tentang kekuatan doa dan keikhlasan kepada Allah Swt, seperti yang menjadi ciri khas SEFT ketika pelatihan. Saya tersentuh oleh hal ini,” imbuh dokter umum Puskesmas Krembangan Selatan tersebut.

Lebih lanjut, prinsip teknik tapping SEFT yang menjelaskan bahwa semua penyakit merupakan karunia dari Allah, dan semestinya diikhlaskan kembali kepada Allah, cukup memukau dokter satu ini. “Saya sendiri menyadari, Dokter kerapkali melangkahi wewenang sembuh tidaknya pasien.

Padahal, proses kesembuhan itu wilayahnya Allah. Jadi, ndak bisa kita kemudian memberikan garansi bisa sembuh. Sembuh tidaknya pasien, adalah hak pereogatif Allah, bukan di tangan dokter,” terangnya panjang lebar.

Selain karena terdorong oleh ketidakyakinan, dan keinginan untuk mengetahu lebih detil tentang prinsip karunia penyakit dan dimensi kekuatan doa, dia sendiri ternyata sudah memiliki tingkat keberhasilan yang lumayan tinggi. Berkat hasil pelatihannya di Gedung Sawunggaling.

Misalnya saja, setelah pulang dari pelatihan yang diadakan oleh Dinkes, dia langsung praktek terhadap beberapa teman dan pasien-pasiennya. Salah satunya, adalah seorang karyawan yang mengidap pobia pisang.

“Kalau dia diperlihatkan atau didekatkan pisang, dia bisa histeris, dan kabur sambil menangis. Kadang-kadang dia suka dikerjain. Nah, karena pertama kali dan belajar SEFT, meski saya tidak yakin, saya tetap mencoba menerapinya. Sebelumnya, saya jelasin dulu bahwa sembuh tidak sembuh, urusan Alllah. Kalau Allah mengijinkan, Insya Allah tentu bisa sembuh,” kisah Ali.

Meski masih tak yakin, Ali terus memantapkan hatinya. Setelah ditapping 1 putaran, dia coba mendekatkan pisang kepada sang karyawan. Kemudian, ia minta agar pisang tersebut dipegang. Karena ternyata tidak terjadi apa-apa, ia pun memintanya agar dimakan. “Saya ya heran, kok bisa efektif. Orang tua karyawan saya itu juga ikutan kaget dan heran. Kok anaknya tiba-tiba ndak takut lagi sama pisang,” cetusnya sambil tersenyum.

Bukan Cuma soal pobia, Ali Fitri juga kerap berhasil melepaskan kenikmatan merokok di kalangan teman-temannya. “Meski tak semuanya total berhenti merokok, setidaknya intensitas merokok mereka sudah bisa berkurang drastis,” pukasnya.

Ia pun berharap, bisa memanfaatkan teknik SEFT untuk membantu pasien-pasiennya. []